Friday, August 12, 2011

Delapan Penyakit


Buya Hamka
Delapan Penyakit
Di dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW terdapat satu kisah yang patut menjadi pelajaran bagi kita untuk bekal mengarungi hidup. Pada suatu pagi, kira-kira pukul sembilan pagi, Rasulullah SAW berjalan dari rumahnya menuju ke masjid beliau yang mulia, di Madinah. Waktu-waktu tersebut biasanya ada orang yang sembahyang di masjid, sholat Dhuha, akan tetapi umumnya masyarakat sudah keluar dari rumahnya pagi-pagi bekerja menurut bidangnya masing-masing, ada yang berniaga, bertani, menggembalakan unta atau kambingnya, dan tinggallah beberapa orang saja. Beliau melihat di sudut masjid, ada seorang pemuda sedang duduk tafakkur termenung, mukanya terlihat sangat muram, nampak kesedihan di dalam hatinya, Rasulullah SAW mendekat kepada pemuda yang tafakkur itu. Setelah dilihatnya Rasulullah SAW datang, diapun menengadahkan muka, Rasulullah SAW kemudian bertanya, “Mengapa di saat begini engkau duduk termenung di dalam masjid dan wajahmu menampakkan kesedihan yang sangat? Apa yang sedang kau alami sekarang ini?.” Pemuda tadi menjawab,”Aku ditimpa duka cita ya Rasulullah SAW, dikarenakan hutang.” Rupanya orang ini sedang memiliki hutang. “Hutang telah lama, janji sudah dekat, uang untuk membayar belum ada, itu yang membuat saya termenung disini ya Rasulullah SAW”, dengan senyum Rasulullah SAW menjawab, “Bersediakah Engkau kalau aku ajarkan kepadamu suatu bacaan, dimana apabila bacaan ini (yang berupa doa) engkau baca pagi dan petang dengan hati khusyu’, Insya Allah hutangmu itu akan terbayar.” Pemuda tadi dengan antusias menjawab, “Tentu ya Rasulullah SAW, aku senang sekali kalau engkau mengajarkan kepadaku, apakah doa itu?” Lalu Rasulullah SAW membacakan dan mengajarkan kepada pemuda itu doa ini, “Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal hazan wa ‘audzu bika minal ‘ajzi wal kasali wa ‘audzu bika minal jubni wal bukhli wa a’udzu bika min gholabatid daini wa qohrir rijal.Sebelum kita uraikan artinya atau tafsirkan satu demi satu, sebaiknya kita artikan secara keseluruhan terlebih dahulu. Kalimat doa tersebut artinya adalah Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau kepada delapan hal. Yang pertama aku berlindung kepada Engkau dari duka cita dan kesusahan, dan aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas, dan aku berlindung kepada Engkau dari bakhil (berat mengeluarkan uang) dan sifat pengecut atau penakut, dan aku berlindung kepada Engkau dari pengaruh berhutang dan dari kekuasaan orang lain atas diri kita sehingga tidak memiliki kemerdekaan kepribadian lagi, inilah delapan hal yang diminta Rasulullah SAW kepada Tuhan, semoga kita jangan diserang oleh penyakit ini, karena adanya penyakit ini dalam diri menyebabkan kita menjadi pribadi yang lemah, tidak lagi memiliki kepribadian yang gagah, padahal di dalam agama kita tempat takut kita cuma satu yaitu Allah, tidak ada yang lain.
Yang pertama, susah. Apabila orang sudah susah, pikirannya sudah buntu, jalan untuk maju tidak ada lagi. Padahal, di dalam kehidupan, manusia tidak akan berjalan di atas jalan yang datar saja yang bertaburkan bunga, kehidupan itu mendaki, menurun, melereng, berenang, melewati ombak dan gelombang, itu pasti dalam hidup. Apa yang disusahkan? Kusut? Tak ada kusut yang tak selesai, Keruh? Tak ada keruh yang tidak bisa menjadi jernih. Apabila pikiran kita telah susah terlebih dahulu, maka gelaplah jalan yang kita tempuh ke depan dalam kehidupan tadi.
Yang kedua, kita disuruh berlindung kepada Allah dari duka cita. Yang menyebabkan orang berduka cita memang banyak, misalnya kehilangan barang yang disukai, kematian orang yang disenangi, bahaya yang datang dengan tiba-tiba dan lain sebagainya lalu tumbuh duka cita. Kalau kesusahan menjadikan soal yang kita hadapi menjadi kusut, kedukaan menyebabkan jalan yang kita tempuh menjadi gelap. Dua hal itu yang menyebabkan manusia mendapat rintangan di dalam hidupnya.
Lalu yang ketiga, aku berlindung kepada Engkau Ya Allah dari sifat lemah, yaitu lemah pikiran, tidak ada energi dan semangat lagi, tidak ada inisiatif lagi, menyerah saja, lemah. Belum dihadapi suatu persoalan, hati sudah lemah terlebih dahulu. Merasa soal itu terlalu besar, padahal kalau dihadapi, tidak ada kusut yang tidak terselesaikan, tidak ada keruh yang tidak terjernihkan.
Nah, yang lebih berbahaya lagi adalah yang keempat, sifat malas. Kalau sudah bersifat malas, apa lagi yang mau dikerjakan? Kita duduk duduk termenung saja dalam kemalasan, angan-angan banyak cita-cita mati, angan-angan hendak terbang, padahal sayap tidak ada. Angan-angan hendak mempunyai ini, mempunyai itu, ingin memiliki Mercedes Benz, rumah yang besar, tapi ikhtiar tidak ada. Sebab itu ada pepatah guyonan dari orang tua kita di jaman penjajahan dulu, Mati Belanda karena pangkat, mati Cina karena kaya, mati Melayu atau Indonesia karena angan-angan. Malas itu juga tercermin dalam sikap kita. Jalannya lunglai, matanya muram, tak jauh dia memandang. Ini adalah penyakit juga.
Yang kelima dan keenam, berlindung dari penyakit bakhil dan pengecut, ini lebih berbahaya lagi. Dikumpulkannya harta banyak-banyak, maksudnya hendak menguasai harta itu. Lama-lama dengan tidak disadarinya, harta itulah yang menguasai dia, dia menjadi bakhil, siang malam tidak ada kesenangan. Cuma sibuk cari uang dan cari uang. Kemudian disimpan banyak-banyak. Gunanya ya cuma mengumpulkan itu saja, berapa banyak orang yang mengumpulkan harta banyak-banyak, manfaatnya tidak didapat. Saya teringat cerita jaman dahulu di kota Medan. Ada satu orang yang kaya raya, sangat terkenal kekayaannya di Medan, rumahnya banyak dan harta lainnya juga melimpah. Jika bepergian, dia selalu berjalan kaki dan memakai payung, padahal orang-orang sudah mulai membeli mobil bermacam-macam merknya.Justru anaknyalah yang mengambil manfaat dari kekayaan ayahnya itu dengan membeli mobil untuk dipakainya sendiri. Lalu orang bertanya padanya, “Anak Tuan sudah memakai mobil, kenapa Tuan masih jalan kaki?”, orang bakhil tadi menjawab, “Saya anak orang miskin, sedangkan anak saya adalah anak orang kaya”, begitu katanya. Nah inilah contoh orang yang bukan lagi mencari harta untuk menguasai harta itu, tetapi dia mencari harta untuk dikuasai oleh harta itu.
Yang keenam lebih jahat lagi, yaitu sifat pengecut. Pengecut ini menjadikan separuh kehidupan manusia menjadi gagal. Ada pepatah,”Kalau Engkau berniaga atau berusaha, meskipun modalmu tadinya tidak ada, asal Engkau berani, itulah modal utama dalam hidup. Sesuai juga dengan pepatah Melayu, “Putuslah tali layang-layang, robeklah kertas tentang bingkai, hidup jangan mengepalang, berani kaya, berani pakai.” Hidup jangan mengepalang (serba tanggung), untuk kaya, pakailah pakaian keberanian, karena keberanian adalah modal. Didalam berniaga memang tidak selalu beruntung, kadang-kadang rugi juga, tapi, kalau keberanian yang hilang, separuh dari kekayaan yang ada tadi sudah habis. Walaupun harta masih ada, kalau keberanian hilang, artinya separuh sudah harta sudah hilang terlebih dahulu, karena tidak dipercaya orang.
Yang ketujuh, berlindung dari pengaruh hutang. Berhutang boleh saja, dan keberanian itulah yang dipakai untuk mencari modal buat mengembalikan. Tetapi kalau pengecut, kalau berhutang, maka akan susah untuk mendapat harta untuk membayarnya.
Yang kedelapan adalah tidak adanya kemerdekaan diri dalam menyatakan perasaan kita karena kita segan kepada orang, kita terlalu banyak berhutang budi padanya, terlalu banyak mendapat hadiah darinya, dan lain-lain. Sehingga mulut kita menjadi tertutup dan tidak dapat bercakap lagi sesuai apa yang ingin hati kita katakan, karena ditekan oleh hutang budi kepada orang tadi.
Inilah delapan perkara yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW kepada pemuda yang duduk tadi. Dapatlah kita mengambil pedoman dalam kehidupan kita, bahwa yang paling penting adalah kemerdekaan jiwa.Lupa bahwa bangsa kita telah merdeka, dan dirinya masih dalam keadaan terjajah, bukan oleh bangsa penjajah, tapi penjajahan yang datang dari sifat-sifat yang lemah yang tadi kita bahas.
ditulis ulang dari kaset rekaman ceramah Buya HAMKA (Haji Abdul Malik bin Karim Amrullah)

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More